MAKALAH PARASITOLOGI
“HUBUNGAN
PARASIT HELMINTHES DENGAN KESEJAHTERAAN MANUSIA”
Disusun oleh :
Nama : Desty Wulandari
Nim : A.102.08.016
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Parasitologi adalah
suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit.
Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari
organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes,
arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Helminth
berarti cacing, baik yang hidup secara parasie maupun yang hidup bebas.
Helminth (cacing) termasuk dalam golongan Metazoa (binatang bersel banyak) yang
dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ-organ yang berasal dari ektoderm,
endodermdan mesoderm. . Cakupan parasitologi meliputi
taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan
epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
Organisme parasit adalah
organisme yang hidup menumpang,
untuk sementara atau terus menerus, pada permukaan atau didalam organisme lain,
bertujuan untuk memperoleh perlindungan, mengambil makanan sebagian atau
seluruhnya guna kelangsungan hidupnya. Parasit ada yang bersifat patogen dan apatogen. Parasit patogen ada yang dapat menimbulkan kelainan dan
kemaian, tetapai ada juga yang tidak menampakkan gejala-gejala sakit pada
organisme yang ditumpanginya, maka tanpa disadari, organisme tersebut menjadi
sumber penular penyakit dilingkungannya.
Kesejahteraan manusia sangat dipengaruhi oleh parasit-parasit
tersebut yang mengancam kesehatan manusia. Menyadari akibat yang
dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka
perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan
dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan
organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.
Manusia merupakan hospes definitif beberapa nematoda
usus (cacing perut) yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat.
Diantara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah
(soil trasmitted helminths). Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah
cacing gelang (Ascaris lumbricoides)), cacing tambang (Ancylosotoma duodenale
dan Necator americanus), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing pita
(Taenia sp)
BAB
II
PEMBAHASAN
Lingkungan
merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya, karena itu fakta yang menunjukkan bahwa tingkat
kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi, relatif
mudah untuk ditemukan. Bagaimanapun juga akan tercemar, dengan masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Namun akibat dari ulah manusia yang tidak bisa
menjaga kesehatan lingkungannya bisa menjadikan lingkungan tersebut menjadi
sumber penyakit dan mengganggu kesejahteraan manusia itu sendiri, contoh salah
satunya yaitu lingkungan yang tercemar oleh nematoda usus.
Manusia
merupakan hospes dari nematoda usus yang siklus hidupnya melalui tanah. Spesies
nematoda usus disebut “Soil transmitted helminths” sedang yang terpenting bagi
manusia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma
duodenale, Strongyloides stercolaris. Di negara yang beriklim tropis infeksi
cacing nematoda usus, diantaranya infeksi yang disebabkan cacing Soil
Transmitted Helminths cacing ini tumbuh dan berkembangbiak. Sehingga derajat
infeksi dapat mencapai 100 % dari jumlah penduduk. Akibat dari infeksi cacing
Soil Transmitted Helminths (STH) adalah gangguan pencernakan dan absorbsi
makan, cacing ini ditemukan diusus halus. Keluhan yang lazim ditemukan pada
penderita STH adalah nafsu makan menurun, gatal-gatal, lemah letih lesu karena
kurang darah. Kelompok risiko tinggi terpaparnya infeksi STH adalah segala
aktivitas yang berhubungan langsung dengan tanah termasuk pekerja pengangkut
sampah.
Sebagian besar nematoda ini juga memberikan akibat lain bagi
masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat
sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing.
Infeksi cacing menyerang semua golongan umur terutama anak-anak dan balita.
Apabila infeksi cacing yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat
mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada orang
dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja.
Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi
telur cacing dari tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung
telur cacing, lalu masuk ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi
tingkat kecacingan berhubungan dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
yang menjadi sumber infeksi. Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi
antara 60% – 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.(Mardiana,
2008). Penularan cacingan lebih banyak terjadi pada daerah kumuh yang tidak
memenuhi syarat kesehatan seperti sanitasi lingkungan yang ditunjang dengan
kepadatan penduduk. Cacingan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang dapat
mengakibatkan turunnya kualitas hidup terhadap kesejahteraan manusia.
Faktor-faktor
yang menyebabkan penyakit cacingan : sampai saat ini kejadian penyakit
kecacingan akibat infeksi nematode usus golongan Soil-Transmitted helminth
masih cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor yang menunjang
yaitu Perilaku Buang Air Besar tidak pada jamban menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah oleh telur cacing cacing tambang sehingga meningkatkan resiko
terinfeksi terutama pada orang atau anak – anak yang tidak memakai alas
kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak yang tinggal pada lingkungan rumah dengan tanah halaman terkontaminasi
telur cacing tambang memiliki resiko terinfeksi larva cacing tambang sebesar
13,0 kali lebih besar dibanding anak yang tinggal pada lingkungan rumah tanpa
kontaminasi telur cacing tambang. (Sumanto D,2010)
Menurut penelitian yang pernah
dilakukan oleh penulis didapatkan taksiran tingkat prevalensi infeksi cacing
usus yang ditularkan melalui tanah di LPA Lakarsantri Surabaya sebesar 83,3%.
Tingginya angka infeksi ini menunjukkan bahwa terdapat factor-faktor yang
sangat menunjang, salah satunya adalah pencemaran tanah oleh telu atau larva
cacing golongan soil-transmitted helminth. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
taksiran tingkat prevalensi pencemaran tanah adalah sebesar 93,3%. Hali ini
menunjukkan refleksi dari perilaku buang air besar disembarang tempat yang
ternyata sesuai dengan pengamatan dan hasil wawancara dilapangan bahwa dari 90
responden yang merupakan pemukim di LPA, 100% melakukan buang air besar
dihalaman tempat tinggalnya atau lahan LPA. (Palgunadi BU, 1998)
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan
lingkungan hidupnya, lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah
lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Sanitasi lingkungan
adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha
individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup
eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan
hidup manusia. Salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang tidak
kurang pentingnya adalah infeksi cacing usus karena prevalensinya masih tinggi.
Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam posisi geografi dengan temperatur
kelembaban yang tinggi. Pengaruh lingkungan global dan semakin meningkatnya
komunitas manusia serta kesadaran penciptaan hygiene dan sanitasi yang semakin
menurun,merupakan faktor yang mempunyai andil besar terhadap penularan parasit
pada umumnya dan cacing yang hidup pada manusia khususnya, sebagai contoh :
A. Pembuangan
tinja yang kurang memenuhi syarat kesehatan, misalnya :
Tanah tergolong hospes perantara atau
tuan rumah sementara, tempat berkembangnya telur-telur atau larva cacing
sebelum dapat menular dari seseorang ke orang lain, yaitu larvanya yang ada di
tinja menembus kulit memasuki tubuh.
B. Penyediaan
air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sebagai media
penularan melalui mulut menyertai makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
tinja yang mengandung telur cacing
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian diatas, bahwa parasit
helminthes salah satu contohnya nematode usus memiliki dampak buruk terhadap
kesejahteraan manusia. Sebagian
besar dari nematoda usus memberikan akibat bagi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan
melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua
golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang
terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak,
sedangkan jika infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas
kerja.
Sedangkan faktor
yang mempunyai andil besar terhadap penularan parasit pada umumnya dan cacing
yang hidup pada manusia khususnya, sebagai contoh :
1. Pembuangan
tinja yang kurang memenuhi syarat kesehatan
2.
Penyediaan air bersih yang tidak
memenuhi syarat kesehatan
- KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah ini penulis buat
dengan masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan makalah.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Suparmoko, M., 1995, Ek. Sumber Daya Alam
& Lingkungan, Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah
Mada:Yogyakarta.
2.
Entjang, Indan. 2011. Mikrobiologi
dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
3.
Staf Pengajar Departemen Parasitologi FK
UI. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
4.
Onggowaluyo, Jangkung Samidjo. 2000. Parasitologi
Medik 1. Jakarta: EGC
5.
Wani, Imtiaz dan Nazir Mir. 2010. Historical
Review of Intestinal Ascariasis: Surgical History.
6.
http://globaljournals.org/GJMR_Volume10/1-Historical-Review-of-Intestinal-Ascariasis-Surgical.pdf.
7.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:9Zn3JBujEewJ:fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/Vol%2520Edisi%2520Khusus%2520Desember%25202010/FAKTOR%2520YANG%2520MEMPENGRUHI%2520KEJADIAN%2520KECACINGAN.docx+faktor+faktor+yang+mempengaruhi+hubungan+helminths+dengan+manusia&cd=1&hl=en&ct=clnk
Diakses pada hari Kamis
tanggal 16 Mei 2013 pukul 20:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar