Kamis, 20 Juni 2013

HUBUNGAN PARASIT HELMINTHES DENGAN KESEJAHTERAAN MANUSIA



MAKALAH PARASITOLOGI
“HUBUNGAN PARASIT HELMINTHES DENGAN KESEJAHTERAAN MANUSIA”


Disusun oleh :
Nama                   : Desty Wulandari
Nim            : A.102.08.016


AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Helminth berarti cacing, baik yang hidup secara parasie maupun yang hidup bebas. Helminth (cacing) termasuk dalam golongan Metazoa (binatang bersel banyak) yang dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ-organ yang berasal dari ektoderm, endodermdan mesoderm. . Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
Organisme parasit adalah organisme yang hidup menumpang, untuk sementara atau terus menerus, pada permukaan atau didalam organisme lain, bertujuan untuk memperoleh perlindungan, mengambil makanan sebagian atau seluruhnya guna kelangsungan hidupnya. Parasit ada yang bersifat patogen dan apatogen. Parasit patogen ada yang dapat menimbulkan kelainan dan kemaian, tetapai ada juga yang tidak menampakkan gejala-gejala sakit pada organisme yang ditumpanginya, maka tanpa disadari, organisme tersebut menjadi sumber penular penyakit dilingkungannya.
Kesejahteraan manusia sangat dipengaruhi oleh parasit-parasit tersebut yang mengancam kesehatan manusia. Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.
Manusia merupakan hospes definitif beberapa nematoda usus (cacing perut) yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara cacing perut terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (soil trasmitted helminths). Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides)), cacing tambang (Ancylosotoma duodenale dan Necator americanus), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing pita (Taenia sp)












BAB II
PEMBAHASAN

Lingkungan  merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya, karena itu fakta yang menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi, relatif mudah untuk ditemukan. Bagaimanapun juga akan tercemar, dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Namun akibat dari ulah manusia yang tidak bisa menjaga kesehatan lingkungannya bisa menjadikan lingkungan tersebut menjadi sumber penyakit dan mengganggu kesejahteraan manusia itu sendiri, contoh salah satunya yaitu lingkungan yang tercemar oleh nematoda usus.
Manusia merupakan hospes dari nematoda usus yang siklus hidupnya melalui tanah. Spesies nematoda usus disebut “Soil transmitted helminths” sedang yang terpenting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale, Strongyloides stercolaris. Di negara yang beriklim tropis infeksi cacing nematoda usus, diantaranya infeksi yang disebabkan cacing Soil Transmitted Helminths cacing ini tumbuh dan berkembangbiak. Sehingga derajat infeksi dapat mencapai 100 % dari jumlah penduduk. Akibat dari infeksi cacing Soil Transmitted Helminths (STH) adalah gangguan pencernakan dan absorbsi makan, cacing ini ditemukan diusus halus. Keluhan yang lazim ditemukan pada penderita STH adalah nafsu makan menurun, gatal-gatal, lemah letih lesu karena kurang darah. Kelompok risiko tinggi terpaparnya infeksi STH adalah segala aktivitas yang berhubungan langsung dengan tanah termasuk pekerja pengangkut sampah.
Sebagian besar nematoda ini juga memberikan akibat lain bagi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja.
Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke mulut bersama makanan. Tinggi rendahnya frekuensi tingkat kecacingan berhubungan dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang menjadi sumber infeksi. Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60% – 90 % tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan.(Mardiana, 2008). Penularan cacingan lebih banyak terjadi pada daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti sanitasi lingkungan yang ditunjang dengan kepadatan penduduk. Cacingan dapat menyebabkan kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas hidup terhadap kesejahteraan manusia.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit cacingan : sampai saat ini kejadian penyakit kecacingan akibat infeksi nematode usus golongan Soil-Transmitted helminth masih cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor yang menunjang yaitu Perilaku Buang Air Besar tidak pada jamban menyebabkan terjadinya pencemaran tanah oleh telur cacing cacing tambang sehingga meningkatkan resiko terinfeksi terutama pada orang atau anak – anak yang tidak memakai alas kaki.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang tinggal pada lingkungan rumah dengan tanah halaman terkontaminasi telur cacing tambang memiliki resiko terinfeksi larva cacing tambang sebesar 13,0 kali lebih besar dibanding anak yang tinggal pada lingkungan rumah tanpa kontaminasi telur cacing tambang. (Sumanto D,2010)
            Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis didapatkan taksiran tingkat prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah di LPA Lakarsantri Surabaya sebesar 83,3%. Tingginya angka infeksi ini menunjukkan bahwa terdapat factor-faktor yang sangat menunjang, salah satunya adalah pencemaran tanah oleh telu atau larva cacing golongan soil-transmitted helminth. Dari hasil penelitian diketahui bahwa taksiran tingkat prevalensi pencemaran tanah adalah sebesar 93,3%. Hali ini menunjukkan refleksi dari perilaku buang air besar disembarang tempat yang ternyata sesuai dengan pengamatan dan hasil wawancara dilapangan bahwa dari 90 responden yang merupakan pemukim di LPA, 100% melakukan buang air besar dihalaman tempat tinggalnya atau lahan LPA. (Palgunadi BU, 1998)
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya, lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang tidak kurang pentingnya adalah infeksi cacing usus karena prevalensinya masih tinggi. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam posisi geografi dengan temperatur kelembaban yang tinggi. Pengaruh lingkungan global dan semakin meningkatnya komunitas manusia serta kesadaran penciptaan hygiene dan sanitasi yang semakin menurun,merupakan faktor yang mempunyai andil besar terhadap penularan parasit pada umumnya dan cacing yang hidup pada manusia khususnya, sebagai contoh :
A.    Pembuangan tinja yang kurang memenuhi syarat kesehatan, misalnya :
Tanah tergolong hospes perantara atau tuan rumah sementara, tempat berkembangnya telur-telur atau larva cacing sebelum dapat menular dari seseorang ke orang lain, yaitu larvanya yang ada di tinja menembus kulit memasuki tubuh.
B.     Penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sebagai media penularan melalui mulut menyertai makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung telur cacing











BAB III
PENUTUP


  1.  KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian diatas, bahwa parasit helminthes salah satu contohnya nematode usus memiliki dampak buruk terhadap kesejahteraan manusia. Sebagian besar dari nematoda usus memberikan akibat bagi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja.
Sedangkan faktor yang mempunyai andil besar terhadap penularan parasit pada umumnya dan cacing yang hidup pada manusia khususnya, sebagai contoh :
1.    Pembuangan tinja yang kurang memenuhi syarat kesehatan
2.    Penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan


  1. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah ini penulis buat dengan masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan makalah.















DAFTAR PUSTAKA


1.      Suparmoko, M., 1995, Ek. Sumber Daya Alam & Lingkungan, Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada:Yogyakarta.
2.      Entjang, Indan. 2011. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
3.      Staf Pengajar Departemen Parasitologi FK UI. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4.      Onggowaluyo, Jangkung Samidjo. 2000. Parasitologi Medik 1. Jakarta: EGC
5.      Wani, Imtiaz dan Nazir Mir. 2010. Historical Review of Intestinal Ascariasis: Surgical History.
7.      http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:9Zn3JBujEewJ:fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/Vol%2520Edisi%2520Khusus%2520Desember%25202010/FAKTOR%2520YANG%2520MEMPENGRUHI%2520KEJADIAN%2520KECACINGAN.docx+faktor+faktor+yang+mempengaruhi+hubungan+helminths+dengan+manusia&cd=1&hl=en&ct=clnk
Diakses pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2013 pukul 20:00 WIB




Tidak ada komentar:

Posting Komentar